Tuesday, June 8, 2010

Rasionalkah Naib Presiden PAS Dikalangan Wanita ???


Hari ini sumbangan wanita dalam pembangunan negara amatlah besar sekali dimana kita diperlihatkan betapa semakin ramai wanita mampu menjadi pembuat dasar yang baik.Bahkan di segi pencapaian akademik pelajar wanita tampak lebih kedepan bebanding lelaki. Secara teorinya permasalahan ini berlaku akibat kaum lelaki yang kurang cemerlang dan ramai yang tersesat dengan budaya hedonisme.

Secara logikanya adalah wajar kepimpinan saf hadapan perlu kepada golongan yang paling berilmu dan bijak ,Namun begitu pelbagai implikasi jangka panjang perlulah diberi pertimbangan.

Sebenarnya islam telah mengariskan jalan hidup yang sempurna untuk seluruh ummah.Namun begitu kita kekadang alpa dan terleka untuk kembali kepada panduan itu apabila belaku sesuatu permasalahan. Umpama pengembara dihutan yang tebal yang meninggalkan peta/kompas sebaliknya menggunakan aliran sungai untuk mencari jalan keluar.Walaupun secara teorinya aliran sungai akan kelaut.Namun begitu ini bukalah methode yang tepat ?

Bebalik kepada isu wanita untuk diketengahkan sebai pemimpin saf hadapan terdapat banyak dalil membahaskannya.sepertimana firman Allah yang bermaksud

"Laki-laki adalah pemimpin atas wanita, karena kelebihan yang Allah berikan kepada mereka (laki-laki), dan karena nafkah berupa materi yang mereka berikan (kepada istri). Wanita yang baik adalah mereka yang taat (kepada Allah dan suaminya), menjaga (amanat) saat suaminya tidak ada, sesuai dengan perintah Allah...." (Q.S. An-Nisa (4) ayat 34)

Abu Bakrah berkata,

لَمَّا بَلَغَ رَسُولَ اللَّهِ –‏‎ ‎صلى الله عليه وسلم – أَنَّ أَهْلَ‏‎ ‎فَارِسَ قَدْ مَلَّكُوا عَلَيْهِمْ‏‎ ‎بِنْتَ كِسْرَى قَالَ » لَنْ‏‎ ‎يُفْلِحَ قَوْمٌ وَلَّوْا‎ ‎أَمْرَهُمُ امْرَأَةً »

“Tatkala ada berita sampai kepada Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam bahwa bangsa Persia mengangkat putri Kisro (gelar raja Persia dahulu) menjadi raja, beliau shallallahu ’alaihi wa sallam lantas bersabda, ” Suatu kaum itu tidak akan bahagia apabila mereka menyerahkan kepemimpinan mereka kepada wanita”.” (HR. Bukhari no. 4425)

Jumhur ulama bersepakat bahwa syarat al imam al a’zhom haruslah laki-laki. (rujuk Adhwa ’ul Bayan, 3/34, Asy Syamilah).Al Baghowiy mengatakan dalam Syarhus Sunnah (10/77) pada Bab ”Terlarangnya Wanita Sebagai Pemimpin”: ”Para ulama sepakat bahwa wanita tidak boleh diangkat sebagi pemimpin dan juga hakim. Alasannya, karena pemimpin harus memimpin jihad. Begitu juga seorang pemimpin negara haruslah menyelesaikan urusan kaum muslimin. Seorang hakim perlu menyelesaikan pertikaian.. Sedangkan wanita dibatasi oleh aurat .

Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam Besabda :

ما رأيت من ناقصات عقل ودين أغلب للب‎ ‎الرجل الحازم من إحداكن فقيل يا رسولا‎ ‎لله ما نقصان عقلها ؟ قال أليست‎ ‎شهادة المرأتين بشهادة رجل ؟ قيل يا‎ ‎رسول الله ما نقصان دينها ؟ قالأ‎ ‎ليست إذا حاضت لم تصل ولم تصم ؟

“Tidaklah aku pernah melihat orang yang kurang akal dan agamanya sehingga dapat menggoyangkan laki-laki yang teguh selain salah satu di antara kalian wahai wanita.” Lalu ada yang menanyakan kepada Rasulullah, ”Wahai Rasulullah, apa yang dimaksud kurang akalnya?” Beliau shallallahu ’alaihi wa sallam pun menjawab, ”Bukankah persaksian dua wanita sama dengan satu pria?” Ada yang menanyakan lagi, ”Wahai Rasulullah, apa yang dimaksud dengan kurang agamanya?” Beliau shallallahu ’alaihi wa sallam pun menjawab, ”Bukankah ketika seorang wanita mengalami haidh, dia tidak dapat melaksanakan shalat dan tidak dapat berpuasa?” (HR. Bukhari dan Muslim)

Persoalan yang ketara disini …Sekiranya lebih ramai wanita ditampilkan di saf hadapan siapakah yang akan memimpin dalam hal yang khusus terutama dalam mendidik anak dan melayani suami di rumah. Dimana pembinaan keluarga yang sejahtera adalah kunci kearah umat yang cemerlang dimasa depan.

Allah Ta’ala berfirman,

وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلَا‎ ‎تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ‏‎ ‎الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَى‎ ‎وَأَقِمْنَ الصَّلَاةَ وَآَتِينَ‏‎ ‎الزَّكَاةَ وَأَطِعْنَ اللَّهَ‏‎ ‎وَرَسُولَهُ إِنَّمَا يُرِيدُ‏‎ ‎اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ‏‎ ‎الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ‏‎ ‎وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيرًا

“Dan hendaklah kamu( wanita ) tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.” (QS. Al Ahzab: 33)

Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,

وَالْمَرْأَةُ فِى بَيْتِ زَوْجِهَا‎ ‎رَاعِيَةٌ وَهْىَ مَسْئُولَةٌ عَنْ‏‎ ‎رَعِيَّتِهَا

“Wanita menjadi pemimpin di rumah suaminya, dia akan dimintai pertanggungjawaban mengenai orang yang diurusnya.” (HR. Bukhari no. 2409)

Syaikh Bakar Abu Zaid berkata, “Masing-masing wajib mengimani dan menerima bahwa harus ada perbedaan antara laki-laki dan wanita, baik dari segi lahir dan batin, menurut tinjauan syari’at Islam. Masing-masing harus ridho dengan taqdir Allah dan syari’at Islam.

Perbedaan ini adalah semata-mata menuju keadilan, dengan perbedaan ini kehidupan bermasyarakat menjadi teratur. Tidak boleh masing-masing berharap memiliki kekhususan yang lain.Kerana segenius manapun pemikiran kita .Kita tidak mampu menadingi kebiksaana pencipta kita. Kita perlu mengutamakan rububiyyah kita kepada Allah dalam setiap perkara.

Menyentuh isu jawatan Naib Presiden PAS perlu diberi ruang kepada wanita.Sebolehnya ia perlu dibahaskan mengikut kesarjanaan oleh ulamak muktabar.Dimana posisi ini sangat penting apatah lagi fenomena hari ini PAS amat memerlukan barisan pimpinan pelapis untuk diuji kemampuannya sebelum diberi amanah menerajui jemaah.Sebagai pendokong jemaah islam sepatutnya lebih maklum bahawa ketentuan di dalam Islam adalah jelas dan terbukti telah membawa kepada kesejahteraan sejagat.Sebarang inisiatif terutama dari kalangan pimpinan untuk menimbulkan isu yang diketahui boleh mencetuskan konflik dikalangan masyarakat awam adalah kurang bijak dan tidak bertangungjawab .

No comments:

Post a Comment